Senin, 23 September 2013

Waspada, Penyakit Ini Menyerang Testis Pria

Testis merupakan organ reproduksi terpenting bagi pria. Di testis, proses pembentukan sel sperma dan pembentukan hormon testosteron diproduksi. Sehingga, kesehatan testis amat perlu diperhatikan demi mencegah berbagai penyakit yang tak diinginkan.

Namun, ada kalanya bagi kaum adam untuk mengetahui beberapa penyakit yang mungkin dapat terjadi pada testis. Tertarik untuk tahu? Ikuti penjelasannya berikut, seperti dilansir melalui intimatemedicine, Selasa (20/3).

Kista di sekitar skrotum


Kista di sekitar skrotum (kantung kemaluan) dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada pria berusia 40 tahun keatas. Ketika ukurannnya masih kecil, biasanya dokter tidak melakukan tindakan karena pertumbuhan kista tersebut dianggap tidak berbahaya. Namun, kista yang sudah besar justru lebih menyakitkan dan mengganggu, dan harus diangkat dengan operasi.

Pria bisa merasakan adanya kista di sekitar skrotum testis saat meraba bagian tersebut. Kista ini seperti benjolan, rasa nyeri di testis dan pembuluh vena terasa tegang saat disentuh. Kista ini berisikan cairan jenih dan tidak berwarna.

Hidrokel

Istilah hidrokel berasal dari Yunani dan itu berarti kantong air. Penyakit ini terjadi berupa pembengkakan tanpa rasa sakit dari skrotum yang disebabkan pengumpalan cairan di sekitar testis. Hidrokel primer (alami) mulai terlihat sejak usia 2 tahun, sedangkan hidrokel sekunder kerap terjadi pada pria berusia 40 tahun keatas. Penyakit ini sungguh menyakitkan, dan biasanya timbul akibat adanya cedera, peradangan atau infeksi.

Salah satu penyebab timbulnya penyakit ini adalah skrotum membesar, sehingga membuat penderitanya merasa memiliki testisnya berat. Karena mengganggu dan menyakitkan, dokter akan memompa cairan untuk dikeluarkan. Biasanya, pembesaran lebih sering terjadi pada bagian kanan.

Orkitis

Orkitis adalah peradangan pada kedua sisi testis, atau hanya satu sisi saja, sehingga menyebabkan pembengkakan, rasa nyeri dan demam. Orkitis dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri dan virus. Jika disebabkan oleh virus, orkitis bisa disembuhkan dengan antibiotik.

Gejalanya berupa pembengkakan testis, testis terasa berat, demam, sekresi penis dan rasa sakit saat melakukan hubungan seks, kencing atau ejakulasi. Dalam kasus ekstrim, darah bisa keluar dari air mani. Mengobati orkitis bisa dilakukan dengan suntikan. Untuk pencegahan bisa menggunakan kondom karena penyakit ini bisa timbul karena melakukan hubungan seksual berisiko.

Torsio testis

Penyakit ini kerap terjadi pada anak laki-laki atau remaja, namun pria dewasa juga berisiko mengalaminya. Torsio testis terjadi akibat perkembangan abnormal dari funikulus spermatikus (selaput yang membungkus testis). Akibatnya testis mudah melintir atau berputar, sehingga akan menghentikan aliran darah ke testis.

Untuk mengobatinya, dokter harus mengembalikan testis ke posisi semula untuk meminimalkan kerusakan lebih lanjut. Jika tak segera diatasi dapat menyebabkan kerusakan yang mengakibatkan testis rusak, sehingga harus diangkat. Beberapa penyebabnya, antara lain adalah perubahan suhu udara mendadak (seperti saat berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan, batuk, atau celana yang terlalu ketat.

Senin, 16 September 2013

Waspada, Pria Obesitas Juga Berisiko Kanker Prostat Lho!

Lagi-lagi obesitas menjadi pusat perhatian dalam kesehatan. Gara-gara obesitas, seseorang bisa terserang penyakit stroke, gagal jantung, hipertensi, dan yang baru-baru ini diteliti dalam studi di Columbia, New York, bahwa obesitas berisiko kanker prostat di masa depan, khususnya pada pria.
Awalnya pada penelitian ini para peneliti mempelajari biopsy dari 6.692 pria yang bebas kanker. 11 persen diantaranya mempunyai luka (lesi) sebelum menderita kanker. Mereka menemukan 494 orang yang kemudian terkena kanker dan dicocokkan dengan 494 orang lainnya yang tidak terkena kanker. Setelah tindak lanjut selama 14 tahun dan disesuaikan dengan faktor-faktor risiko lainnya, mereka menemukan bahwa kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan risiko kanker prostat sebesar 57 persen.
Menurut profesor epidemiologi di Columbia University Medical Center, Andrew Rundle, menjelaskan bahwa penelitian ini dapat membantu dalam menentukan jenis tindakan klinis lanjutan yang diperlukan terhadap pria obesitas.
Selain itu Rundle mengatakan, “Data penelitian tidak hanya menunjukkan risiko penyakit prostat pada pria gemuk saja, tetapi dapat membantu membedakan laki-laki mana yang benar-benar membutuhkan cakupan perhatian medis khusus dan mana yang tidak.” 

Senin, 09 September 2013

Awas, Konsumsi Gorengan Tingkatkan Risiko Kanker Prostat!

Menurut penelitian Fred Hutchinson Cancer Research Center, AS, konsumsi makanan berminyak atau gorengan secara teratur, seperti kentang goreng, ayam goreng, dan donat, ternyata dapat meningkatkan risiko kanker prostat, dan bahkan bisa membentuk jenis kanker prostat yang lebih agresif.
Beberapa studi sebelumnya juga telah menyatakan bahwa konsumsi makanan yang diolah dengan metode memasak menggunakan panas tinggi, seperti daging panggang, dapat meningkatkan risiko kanker prostat.
Secara khusus, Janet L. Stanford, PhD, dari Program in Prostate Cancer Research di Hutchinson Center, dan rekannya menemukan bahwa pria yang mengonsumsi kentang goreng, ayam goreng, ikan goreng, atau donat setidaknya sekali seminggu cenderung mengalami peningkatan risiko kanker prostat dibandingkan dengan pria yang mengonsumsi makanan tersebut kurang dari sekali dalam sebulan.
Menurut penelitian ini, pria yang mengonsumsi gorengan sekali atau lebih dalam seminggu mengalami peningkatan risiko kanker prostat sebesar 30-37 persen. Konsumsi mingguan makanan ini juga berpengaruh meningkatkan risiko lebih besar terkena jenis kanker prostat yang lebih agresif.
“Tampaknya tingginya risiko terkena kanker prostat ditentukan pada tingkat tertinggi konsumsi gorengan. Artinya bahwa konsumsi makanan gorengan secara teratur bisa memicu risiko tumbuhnya kanker prostat,” ujar Stanford, seperti dikutip dalam jurnal The Prostate.
Menurut hipotesa Stanford, mekanisme di balik peningkatan risiko kanker ini termasuk fakta yang menyatakan bahwa ketika minyak dipanaskan sampai suhu yang cocok untuk menggoreng, senyawa-senyawa beracun karsinogenik dapat terbentuk dalam makanan yang digoreng tersebut.
Senyawa-senyawa ini termasuk acrylamide (yang ditemukan dalam makanan kaya karbohidrat seperti kentang goreng), heterocyclic amines dan polycyclic aromatic hydrocarbons (zat kimia yang terbentuk ketika daging dimasak pada suhu tinggi), aldehida (senyawa organik yang ditemukan dalam parfum), dan akrolein (bahan kimia yang ditemukan dalam herbisida). Senyawa-senyawa beracun tersebut bisa meningkat ketika terjadi penggunaan minyak secara berulang dan waktu penggorengan yang semakin lama.
Makanan yang dimasak dengan panas tinggi juga mengandung advanced glycation endproducts(AGEs) tingkat tinggi, yang menjadi salah satu penyebab peradangan kronis dan stres oksidatif. Makanan gorengan adalah salah satu yang tertinggi mengandung konten AGEs. Misalnya, dada ayam yang digoreng selama 20 menit mengandung lebih dari 9 kali lipat jumlah AGEs, setara dengan dada ayam yang direbus selama satu jam.