Kamis, 15 September 2011

Kanker Prostat atau Selamatkan Kehidupan Seks?

Pria penderita kanker prostat biasanya mengalami dilema untuk penyembuhan penyakitnya. Pilihannya menghilangkan kanker prostat dengan bedah yang bisa merusak kemampuan seksual atau mempertahankan agar bisa tetap berhubungan seks tapi nyawa terancam kanker.

Kini dengan bedah robotik pria penderita kanker prostat tidak perlu takut lagi melakukan bedah prostat. Bedah robotik (Robotic Prostatectomy) ini mampu menghilangkan kelenjar prostat dan semua kanker di sekitarnya tapi tidak mengganggu fungsi seksual.

"Bagi kebanyakan pria, fungsi seksual sama pentingnya dengan menghilangkan kanker prostat. Tapi kekhawatiran mereka tentang seks setelah operasi sebenarnya berlebihan. Mereka mungkin hanya mengetahui pengobatan lama, yaitu teknik laparoskopi prostatektomi. Namun berkat bedah robotik, ketakutan ini dapat sangat berkurang," kata Dr David Samadi, Wakil Ketua Departemen Urologi dan Kepala Robotika dan Bedah Invasif Minimal di The Mount Sinai Medical Center, seperti dikutip darimedicalnewstoday, Selasa (23/8/2011).

Dulu, kelenjar prostat diangkat melalui operasi perut invasif oleh ahli bedah dengan waktu sangat terbatas untuk membagi bundel saraf kecil yang bertanggung jawab atas fungsi ereksi dan seksual. Seringkali, operasi berdampak negatif terhadap kemampuan pria dalam berhubungan seks.

Tapi saat ini, dengan munculnya teknik bedah robotik, ahli bedah berpengalaman seperti Dr Samadi dapat memiliki pandangan yang sempurna, meningkatkan presisi dan ketangkasan. Risiko kerusakan pada saraf yang penting untuk fungsi seksual secara signifikan bisa berkurang.

"Operasi robotik dikatakan sukses ketika kanker sudah disembuhkan dan memulihkan semua potensi pasien," ujarnya.

Dr Samadi melakukan pembedahan robotik dengan metode SMART (Samadi Modified Advanced Robotic Technique). Menggunakan Sistem Bedah da Vinci, pengobatan umumnya direkomendasikan untuk kanker prostat lokal.

Dr Samadi mampu melakukan gerakan-gerakan yang sangat tepat di lokasi bedah seperti jaringan kanker dihapus bersih dan menghindari saraf kritis. Tindakan ini menyebabkan pemulihan yang lebih cepat dan berprospek baik untuk mengembalikan fungsi seksual dan kontinensia urine.



Note : Dari berbagai sumber

Rabu, 14 September 2011

Gejala dan Penyebab Kanker Prostat


Penderita kanker prostat tidak bergejala terutama saat kanker masih dalam stadium dini. Tetapi pada umumnya kanker prostat ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan dubur.

Gejala mulai dirasakan saat mulai menyumbat saluran kencing di leher kandung kemih dan uretra. Yang dirasakan pada saat itu adalah adanya kesulitan untuk memulai kencing, meningkatnya frekuensi kencing, dan nyeri saat kencing. Selain itu, pancaran kencing melemah, atau bahkan hanya menetes.

Gejala lain adalah rasa penuh pada kandung kencing walaupun baru saja kencing. Hal ini terjadi karena kandung kencing tidak dikosongkan dengan sempurna.
Gejala lain yang jarang terjadi adalah ditemukannya darah di dalam air kencing, nyeri saat ejakulasi, atau timbul impoten.

Jika kanker sudah menyebar ke organ tubuh yang lain dapat timbul gejala seperti rasa lelah dan penurunan berat badan. Penyebaran ke tulang dapat menimbulkan gejala nyeri tulang atau patah tulang, terutama pada tulang paha atau tulang belakang.

Penyebab Kanker Prostat
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker prostat yaitu usia dan riwayat keluarga. Hormon, diet tinggi lemak dan toksin juga disebutkan sebagai faktor risiko kanker prostat walaupun kaitannya belum jelas.

Cara mendeteksi secara dini :
Pria berusia > 50 tahun dianjurkan melakukan pemeriksaan PSA total (Prostate Specific Antigen) dan pemeriksaan Digital Rectal Examination atau DRE(1) setiap setahun sekali. Bila ada keluarga yang menderita kanker prostat, skrining dianjurkan sejak usia 40 tahun.

Selasa, 13 September 2011

Menjaga Kesehatan Prostat

Kanker Prostat, salah satu kanker yang menjadi momok bagi kaum pria. American Cancer Institute melaporkan pada tahun 2009, sekitar 28 ribu kematian  disebabkan oleh kanker prostat. Maka itu, para pria, penting untuk menjaga kesehatan prostat yang baik pada usia berapa pun.

Merawat kesehatan prostat merupakan langkah preventif untuk menghindari masalah prostat di kemudian hari. Berikut beberapa tips efektif dalam menjaga kesehatan prostat Anda.

1. Ikuti pemeriksaan prostat secara teratur agar tetap mengetahui kesehatan prostat Anda.
Banyak pria yang menghindari tes prostat tahunan mereka karena merasa tidak nyaman, tapi ujian janganlah dihindari. Pendeteksian masalah prostat dini dapat menyelamatkan hidup Anda.

2. Konsumsi banyak vitamin yang kaya buah dan sayuran.
Tomat, stroberi, kubis, dan brokoli semua bermanfaat bagi kesehatan prostat. Tomat mengandung lycopene yang sangat bermanfaat untuk kesehatan prostat. Mengonsumsi lima porsi buah dan sayuran baik untuk menjaga kesehatan dan mencegah kanker prostat.

3. Olahraga setiap hari mampu menjaga kesehatan prostat serta kesehatan Anda secara keseluruhan.
Menurut sebuah studi yang dimuat dalam Journal of Urology, pria yang berjalan kaki ringan 1-3 jam setiap minggunya, 86 persen kecil resikonya  menderita kanker prostat dan masalah prostat lainnya. Biasakanlah berjalan kaki atau jogging ringan sebagai bagian dari jadwal harian Anda.

4. Belilah sebotol suplemen seng.
Zinc adalah mineral alami yang penting untuk kesehatan prostat. Meskipun seng sangat bermanfaat untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan prostat, jika berlebihan, dapat merusak prostat dan telah dikaitkan dengan kanker prostat. Untuk amannya, jangan melebihi lebih dari 100 mg seng setiap hari. 



Note : Dari berbagai sumber

Kamis, 08 September 2011

Risiko Kanker Prostat Bisa Dites Lewat Air Kencing

Kanker prostat merupakan jenis kanker yang paling ditakuti pria. Tapi kini risiko seorang pria terkena kanker prostat bisa diketahui melalui tes urine.

Studi baru menunjukkan bahwa tes urine bisa dilakukan untuk mencari tahu perubahan genetik yang terjadi pada beberapa jenis kanker prostat. Hasil dari tes ini bisa digunakan untuk mengetahui apakah seorang laki-laki berisiko rendah, sedang atau tinggi terhadap kanker prostat.

Selama ini orang menggunakan tes prostate-specific antigen (PSA) saja untuk mengetahui ada atau tidaknya kanker prostat. Tapi tes ini memiliki kekurangan yaitu bisa tetap menunjukkan hasil yang tinggi meski tidak ada kanker.

Dr Scott Tomlins, ahli patologi di University of Michigan Medical School menuturkan tes urine ini akan diberikan jika hasil tes PSA menunjukkan kadar yang tinggi. Hal ini untuk membantu dokter dalam membuat keputusan apakah harus melakukan biopsi atau tidak.

Penggunaan tes ini didasarkan pada studi tahun 2005 yang berhasil mengidentifikasi adanya perubahan genetik pada 50 persen pasien kanker prostat yang diidentifikasi melalui tes PSA. Perubahan terjadi pada dua gen yang disebut dengan TMPRSS2 dan ERG yang menyebabkan sel memproduksi protein tertentu secara berlebihan.

Sedangkan studi baru ini menunjukkan bahwa materi genetik yang terlibat dalam pembuatan protein tersebut bisa dideteksi dalam urine. Hasil studi ini telah diterbitkan dalam jurnal Science Translational Medicine.

Dengan menggabungkan antara tes urine dan tes PSA, maka peneliti bisa mengetahui lebih baik apakah seorang laki-laki memiliki risiko terhadap kanker prostat atau tidak dibanding hanya tes PSA saja, seperti dikutip dari LiveScience, Jumat (5/8/2011).

Hingga saat ini penyebab pasti kanker prostat belum diketahui. Namun ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker prostat seperti usia di atas 50 tahun, ada riwayat kanker dalam keluarga, diet tinggi lemak dan rendah serat serta obesitas atau kegemukan.



(Dari berbagai sumber)

Rabu, 07 September 2011

Omega 3 yang Tinggi Tidak Baik untuk Prostat?

Omega 3 dan asam docosahexaenoic (DHA) dikenal baik untuk tubuh karena dapat mencegah beberapa penyakit degenaratif seperti jantung. Sehingga banyak orang mengonsumsi omega 3 dan DHA. Namun sebuah penelitian menemukan kadar omega 3 yang tinggi dalam tubuh dapat meningkatkan risiko kanker prostat.

Asam lemak seperti DHA dapat ditemukan pada sel-sel tubuh yang bertugas memerangi penyakit. Tapi penelitian terbaru menemukan tingginya kadar asam lemak omega 3 dalam darah dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker prostat secara agresif. Sedangkan peningkatan kadar asam lemak jahat diduga justru dapat menurunkan risiko kanker prostat.

Demikian hasil penelitian yang dilakukan para peneliti di Fred Hutchinson Cancer Research Center in Seattle seperti dikutip dariEpharmapedia, Jumat (5/8/2011).

Untuk penelitian itu, peneliti telah memeriksa lebih dari 3.400 pria di AS. Hasil penelitian menyebutkan kelompok orang dengan DHA tinggi maka ada potensi 2,5 kali lebih mungkin terkena kanker prostat, dibandingkan dengan kelompok orang yang mempunyai kadar DHA rendah.

Penelitian ini juga mengemukakan bahwa, risiko kanker prostat agresif adalah 50 persen lebih rendah pada pria dengan kadar asam lemak jahat tertinggi.

"Kami terkejut melihat hasil ini, dan kami menghabiskan banyak waktu memastikan analisis itu benar," kata Theodore M. Brasky dari Hutchinson's Cancer Prevention Program.

Temuan ini mengubah apa yang diketahui selama ini mengenai diet, peradangan dan perkembangan kanker prostat. Mempelajari hubungan antara gizi dan risiko berbagai kronis penyakit memang sangat kompleks.

Tetapi, Brasky dan rekan-rekannya tidak percaya bahwa seseorang yang menderita penyakit jantung harus berhenti menggunakan suplemen minyak ikan atau makan ikan salmon atau ikan lain yang kaya asam lemak omega 3.

"Secara keseluruhan, efek menguntungkan dari makan ikan untuk mencegah penyakit jantung lebih besar daripada kerugian yang terkait dengan risiko kanker prostat," kata Brasky.

"Penelitian ini menunjukkan kompleksitas gizi dan dampaknya terhadap risiko penyakit, dan bahwa kita harus mempelajari hubungannya dengan lebih rinci."

DHA dan omega 3 biasa ditemukan dalam lemak ikan. Dalam studi tersebut, para pria hanya mengonsumsi DHA dan omega 3 yang terutama berasal dari ikan dibanding dari suplemen minyak ikan. Sehingga perlu dilakukan penelitian yang lebih rinci mengenai hubungan omega 3 dengan meningkatnya risiko kanker prostat.



(Dari berbagai sumber)

Selasa, 06 September 2011

Operasi Prostat Bikin 1 dari 8 Pasien Ngompol Saat Bercinta

Inkonsistensi urine atau beser adalah efek samping yang lazim pada pria setelah menjalani operasi kanker prostat. Yang menyebalkan, gangguan ini membuat 1 dari 8 pria yang pernah menjalani operasi tersebut ngompol saat berhubungan seks.

Dalam istilah medis, kondisi ini disebut climacturia dan dipicu oleh kerusakan katub (spichter) yang membatasi saliran sperma dengan saliran air kencing. Istilah climacturia sendiri baru diperkenalkan oleh Dr Neil Fleshner dari University of Torontotahun 2006.

Pada kebanyakan pria, gangguan ini akan mereda dengan sendirinya. Namun bagi 36 persen pasien, keluhan yang sama masih dirasakah hingga 2 tahun sesudahnya dan 12 persen lagi menganggapnya sebagai gangguan serius karena membuat hubungan seks terasa sangat tidak nyaman.

Data ini terungkap dalam penelitian Dr Herbert Lepor, seorang ahli urologi dari New York University. Dalam penelitian tersebut, Dr Lepor meneliti 1.459 pria yang pernah menjalani operasi pengangkatan kanker prostat antara tahun 2000 hingga 2007.

"Saya pikir masalah inkonsistensi urine jarang mendapat perhatian dari pada ilmuwan. Selama ini dampak operasi prostat yang banyak dipelajari hanyalah masalah disfungsi ereksi saja," ungkap Dr Lepor seperti dikutip dari Reuters, Jumat (5/8/2011).

Temuan ini cukup mengejutkan, karena data yang terungkap dalam beberapa penelitian sebelumnya tidak sebanyak ini. Penelitian yang dipublikasikan Mei 2011 misalnya, mengungkap hanya 1 dari 20 pasien yang mengeluhkan inkonsistensi urine usai operasi prostat.

Selama ini, operasi dan radiasi merupakan terapi yang paling populer untuk mengatasi kanker prostat. Operasi sering menjadi kontroversi, karena banyak ahli berpendapat prosedur ini lebih banyak efek sampingnya daripada manfaatnya jika dilakukan pada tumor yang tidak terlalu berisiko.

Sedangkan kanker postat sendiri adalah kanker paling banyak diderita oleh pria. American Cancer Society memperkirakan, 1 dari 6 pria akan mengalaminya pada salah satu periode dalam hidupnya dan 1 dari 36 pria punya risiko untuk meninggal karenanya.



(Dari berbagai sumber)

Senin, 05 September 2011

Jahe Bisa Mengurangi Efek Samping Kemoterapi

 Ketika menjalani kemoterapi, pasien kanker sering mengalami efek samping seperti kehilangan nafsu makan, mual atau kesulitan mengunyah dan menelan. Jahe bisa mengurangi efek samping tersebut.

Para dokter di All India Institute of Medical Sciences (AIIMS), New Delhi, sekarang sedang mencari cara herbal untuk membantu pasien kanker mengatasi efek samping dari kemoterapi.

Ahli onkologi di rumah sakit tersebut telah bereksperimen dengan bubuk jahe untuk mengurangi keparahan muah, mudah yang ditimbulkan karena kemoterapi (chemotherapy induced nausea vomiting atau CINV).

Mual dan muntah adalah efek samping paling utama pada pasien kanker setelah menjalani perawatan kemoterapi.

"Tingkat keparahan mual muntah yang diinduksi kemoterapi dapat dikurangi dengan jahe, eksperimen kami menunjukkan demikian," Dr Sameer Bakhshi, dari Departemen Onkologi Medis, AIIMS, New Delhi, seperti dilansir Indiavision, Jumat (21/7/2011).

Setelah keberhasilan penelitian tersebut, dokter di AIIMS dapat mengatakan bahwa ada kebutuhan untuk menyedian bubuk akar jahe dalam bentuk kapsul dalam dosis bervariasi untuk digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien yang menerima kemoterapi dengan potensi muntah yang tinggi.

Dalam penelitian tersebut, peneliti memiliki secara acak 60 pasien berusia antara 18 hingga 21 tahun.

"Ini adalah penelitian double-blind acak institusional tunggal yang dilakukan di pusat kami di tahun 2009. Baik pasien maupun pewawancara pasien tahu tentang pasien yang diberikan dengan dosis bubuk akar jahe, "kata Dr Bakhshi, yang memimpin penelitian.

Dia mengatakan bahwa dosis yang diberikan sesuai dengan berat orang tersebut. Sementara pasien yang beratnya antara 20 kg hingga 40 kg diberikan 167 mg kapsul bubuk akar jahe, sedangkan pasien dalam kategori berat 40 kg hingga 60kg diberikan 400 mg.

Enam kapsul akar jahe diberikan pada interval waktu yang berbeda setelah mulai infus kemoterapi.

"Meskipun bubuk akar jahe efektif dalam mengurangi keparahan mual dan muntah akut, itu tidak menghilangkan gejala sepenuhnya. Kapsul ditoleransi dengan baik oleh anak-anak dan orang dewasa muda dalam studi kami dan tidak ada efek samping," katanya.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Journal of Pediatric Blood and Cancer.





(Dari berbagai sumber)